Pukul 1:22, 6 ramadhan 2014, duduk terpaku didepan laptop dan rasa kantuk belum juga datang,
entah mengapa saya ingin menulis sedikit setelah lama tidak menulis di blog,
moment dan suasana yang tepat, tengah malam begini paling jernih untuk menulis,
entah mengapa rasanya saya ingin menulis tentang “kematian” terdengar
menyeramkan memang, tapi ini salah satu cara yang efektif untuk menghancurkan
hati yang lambat laun menunjukkan indikasi “hati beku”, ada banyak yang harus
saya syukuri ketika menjalani kehidupan ini, salah satunya adalah selalu diberi
kesadaran jika hati mulai mengeras, harus ada yang mesti saya lakukan untuk
menghindari tergelincir dan menghilang dari frequensi ilahiah.
Saya teringat akan
sebuah statement, entah itu hadist atau apa, katanya begini :” jika ingin
melunakkan hati yang beku maka sering seringlah mengingat kematian” jika
terlalu tenggelam dengan kesibukan, ingat kematian, jika terlalu tenggelam
dalam canda dan tawa. Ingat kematian, jika terlalu banyak nikmat. Ingat
kematian. Jika dalam keadaan ramai. Ingat kematian, yah kematian sebagai
anti-tesa dari sekian banyak fase kehidupan yang mungkin membuat kita lupa
bahwa pada akhirnya kita akan dihimpit “KEMATIAN”.
Kawan, mari kita
berbicara sedikit tentang romantisme kematian yang mungkin membuat aku, kamu
dan siapa saja yang berdiri dalam lorong kehidupan akan merasa terhubung dengan
lorong kematian saat ini juga, kamu siap
????
Baiklah, saya piker kamu harus siap, menulis ini saja bulu
kuduk saya berdiri, mari membuat diri kita takut, mari membuat diri kita
berpikir sejenak dimana mungkin selama ini kita terlalu berani untuk hidup dan
jarang berpikir tentang hal ini, baiklah kita mulai sekarang.
Akan ada suatu saat kita terbaring dalam ranjang atau
mungkin dmana saja, bukan tidur atau bermalas-malasan, saat itu kita sedang
menunggu sesuatu, bukan istri/suami atau rasa kantuk. Hari itu kita payah, sangaaaat payah,
berbicara pun tanpa ekspresi, datar, lemah dan tanpa rasa. Seluruh keluarga berkumpul didekat kita,
mereka terlihat sedang berbicara tapi mata ini mulai kabur, telinga ini mulai
tuli dan berdengung, keringat bercucuran di dahi, ujung jari mulai dingin
seperti dinginnya pandangan kita pada saat itu, dimana badan yang sehat ?
dimana tawa yang lepas? Dimana cinta ? dimana nafsu?, semuanya hilang
meninggalkan jiwa yang payah.meskipun kita melihat ada banyak orang namun kita
sendiri saat itu. yah sendiri melintasi lorong kematian, semoga ketika kita
melewatinya kita masih mampu diberi kemampuan untuk mendengar lantunan
ayat-ayat romantisme ilahi.
ketika itu kematian
menyapa, dimulai dari ujung kaki, naik ke betis, lutut, paha sampai perut nafas
kematian mulai berhembus ke seluruh bagia tubuh, bernafas pun mulai terasa
sesak, jantung mulai melemah, bibir terasa kering dan hausnya minta ampun,
“LAILAHA ILLALAH” jika kita beruntung mungkin kita masih bisa mengucapkan
password yang Muhammad ajarkan pada ummatnya, namun jika tidak rasa sakit dan
payah yang akan membuat lidah kita kelu dan mati sampai kita meninggal tanpa
password. Jangan sampai itu terjadi kawan, masuk dalam dunia lain tanpa
password itu akan menjadii buronan para malaikat yang kasar tanpa ampun,,
ahhhhhh. Setiap organ tubuh berpisah dengan dirinya sendiri, mengucapkan
selamat tinggal, bayangkan rasa sakitnya jika telah menyatu selama seumur hidup
kemudian dipisahkan dalam jurang sakaratul maut, roh disamak dari raganya.pedis
dan Tragis, kita terbaring tanpa nafas, melihat diri kita sendiri ditangisi
keluarga dan kerabat.
Sebentar lagi kita akan kesana.
Ingat password nya kawan..
“ LAILAHA ILLALLAH”